Rabu, 17 Juli 2019

Kamar

Sesampai di bukit
Yang nampak tak kau perhatikan jalanku
Memang benar sebelum ini
Namun tak kau resapi hadirku kata lelaki lain dipikirannya

Entah dengan bagaimana bisa sampai kesini segala yang menghendaki lalu kemudian suaranya pecah bersama ombak sewaktu itu

Takdir

Terakhir kali dan kita temukan lonceng masih bergantung
Pelan membunyikan dan pendeta masuk ke taman-taman

Lalu pun dengan pasti kau pun meraba kepada pikiranku
Dan simpangnya adalah kita tak akan bertemu kembali
Kemungkinan terbaik diantara satu yang terburuk apa memang hanya takdir yang berhak memisahkan

Bayang-bayangku

Demikian pun yang sama sekali bagimu tak menyediakan asa didalamnya buat berbuat apa saja yang tak kau ketahui akan menjadi apa selain dirimu sendiri

Kita malah lebih memilih untuk mengabur dan tak lagi menabuh dalam irama nafas kau saat ini telah tiada dalam bayang-bayang ku

Jangkar

Dan sampai jika kita tak ikut menyusahkan saja segala rencana dan yang sebenarnya adalah doa dan lain daripada itu kita gagal buat memberi arti atau kita yang munafik menolak untuk sebentar sekali ini sebab tak ada yang lebih buruk dari kalah dan ikut bersuara

Dimanapun aku akan lebih cukup untuk dapat ketahui bahwa bukan kita atau memang tak lagi ada semacam stigma melekat kepadanya

Sebagaimana aku yang suatu saat nanti merindukan penghujan panjang dan biar saja aku kembali disisiannya

Tidak dengan menambah atau mengurangi kita barangkali terlalu pandai untuk bermain siapa yang bukan kita

Sejenak katamu kau mau buat sekali ikut terbawa kedalam hari lain masa dimana kau terlalu tertarik untuk sampai kepadanya namun sebelum itu masihkah kita temui jangkar itu lagi

Resah

Dan untuk agar masih dapat merangkai tanya disetiap perjumpaan kemudian sampai dan menantikan kebaikan namun semenjak dulu disini ambang yang tak pernah merasakan atau memudar lagi rona itu

Makanya dengan sedikit bersusah kita tak selalu menggaris bawahi dan menyuarakan mungkin akan sama saja jikalau kau ikut bertempur dan tumbang

Disini disaat kita masih bisa dan tak lagi mempan oleh kata-kata kita menemu dan dalamnya lagi sungguh tak ada selain kau dan aku terlalu takut sangat untuk pelihara keyakinan kita

Semenjana

Semenjak yang terdapat dari sini kita sisihkan kemudian dengan waspada beralih ke lain suara
Sebabnya yang tidak lagi dapat kita hiraukan menampakkan taring dan bisanya

Dan yang tiada lagi kita dapat miliki menghambur di udara percuma saja
Keluhku diantara bidak kita mengatur sendiri sebelum nanti tengadah dan tak ada lagi siapa kita

Seandainya nanti kau pun kalah dan kita menolak hadir lalu dengannya menerima saja sebab tak ada lagi selain dengan begitu atau dengan lain kesempatan

Menyambung

Telah sampai padanya suatu kabar mungkin
Dan kita bergerak hingga yang tersisa hanyalah celah untuk lagi dapat menerima

Dan yang kian mengisi kita sebut anasir-anasir itu
Dan tiba-tiba kita menguji kebatas yang tak mampu kita sentuh
Adakalanya menadah dan menuangkan kepada tanah
Tetapi yang kian hanyalah putik yang menyambung sembunyikan menjadi bisu